Tuesday, January 21, 2020

Kelompok tani ngudi makmur

Selamat datang di wabsait resmi Kelompok tani ngudi makmur Assalamungalaikum wr.wb. Kelompok tani ngudimakmur

Friday, October 15, 2010

apa itu tifus

Apakah Tifus itu ?

Thypoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus

Apakah penyebab Tifus !

Penyebab tifus adalah salmonella typhi yang disalurkan melalui makanan dan minuman yang tercemar, salah satunya dari sayuran yang pencuciannya kurang bersih dan sumber air yang terlalu dekat dengan septik tang.

Apa tanda dan Gejala Tifus

- Demam : Suhu normal 36ºC - 37ºC, dikatakan demam dengan peningkatan suhu diatas 37ºC, demam berlangsung selama 3 minggu dan berangsur meningkat setiap hari, menurun pagi hari dan meningkat sore dan malam hari.

- Pusing

- Nyeri pada bagian perut sebelah kiri bawah

- Tidak nafsu makan

- Diare : BAB lebih dari 3x/hari dengan konsistensi cair disertai lendir dan bercampur darah

- Konstipasi ( susah BAB )

- Mual dan muntah

Bagaimana Penatalaksanaan Pada

Tifus

  1. Demam

Jika demam dengan suhu lebih dari 37ºC segera kompres dengan air hangat dan beri air minum seperti teh hangat


  1. Istirahat

Pasien harus terus

berbaring sampai

minimal 7 hari,

mobilisasi (kegiatan)

dilakukan secara bertahap

untuk menjaga stamina

agar tidak terjadi

  1. Diit

Diit bubur saring: diberikan selama 4 hari dengan keadaan klien masih dalam keadaan demam dan untuk menjaga fungsi pencernaan.

Diit bubur kasar : demam hilang diberikan diit bubur kasar untuk merangsang indra pengecapan

Nasi biasa: diberikan setelah penderita bener-benar sembuh

  1. Pemberian Antibiotik

diberikan oleh petugas

kesehatan atau dokter.

Bagaimana Pencegahan Dan Pengendalian Tifus

Pencegahan dan pengendalian tifus dapat dilakukan dengan

& Perbaikan sanitasi lingkungan dengan :

Tidak BAB

disembarang tempat

& Menjaga kebersihan lingkungan, dengan cara membersihkan saluran air rumah.

& Membuang sampah/umbah pada tempatnya

& Menggunakan air yang bersih, yaitu air tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

& Mengolah makanan :

dengan mencuci sayuran

sebelum dimasak

Apa akibat lanjut dari Tifus

Akibat lanjut Tifus dapat di bagi dalam :

Komplikasi intestinal

- Perdarahan usus

disebabkab karena terlalu tingginya kadar sel darah putih meningkat, Normalnya 5 ribu – 10 ribu /ui

- Perforasi usus

Luka pada usus yang disebabkan kerja usus yang berlebihan

- Ileus paralitik

pelipatan usus kebagian dalam usus

Perawatan Tifus Setelah Pulang Dari Rumah Sakit

  1. Istirahat yang cukup.
  2. Tidak jajan sembarangan.
  3. Makan dengan teratur dan menghindari makanan yang terlalu pedas, terlalu asam.
  4. Pisahkan alat makan dengan anggota keluarga lainnya untuk menghindari penularan tifus.
  5. Cuci tangan

menggunakan

sebelum makan

dan sesudah makan.

  1. Olahraga yang teratur untuk mengembalikan stamina.

Cloud Callout: BILA ANDA INGIN TERHINDARI DARI PENYAKIT TIFUS MAKA ANDA HARUS MENGENALNYA TERLEBIH DAHULU
Mengenal Lebih Dekat
TIFUS



Oleh

Anggun Tiara

07004

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

AKPER DHARMA WACANA METRO

T.A 2009/2010

lontang lantunglajang

Wednesday, August 11, 2010

cidra kepala

A. PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.


Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :

1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gegar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komplikasi pernapasan
7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain

C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.

Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.

3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.

4. Pemeriksaan Penujang
• CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
• MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
• Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
• Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
• X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
• BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
• PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
• CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
• ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
• Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial
• Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan
Konservatif:
• Bedrest total
• Pemberian obat-obatan
• Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

C. INTERVENSI

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
• Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
• Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.
• Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
• Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
• Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
• Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
• Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
• Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
• Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
• Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.


Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.

Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.

Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.

Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.

Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.

Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.

Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
• Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
• Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
• Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
• Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
• Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
• Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
• Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
• Ganti posisi pasien setiap 2 jam
• Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
• Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
• Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
• Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
• Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
Ditulis oleh ASUHAN KEPERAWATAN RIZKI di 3/04/2009 08:47:00 PM

askep intra natal


ASKEP INTRANATAL
A. Definisi
- Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.
- Persalinan adalah pengeluaran bayi disusul dengan plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
- Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan ataupun tanpa bantuan.
B. Bentuk
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada 3 bentuk persalinan, yaitu :
1. Persalinan spontan
Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran
Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban, pemberian pitocin/prostaglin. Induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan operasi.
C. Tanda-tanda sebelum persalinan
- Dua minggu sebelumnya uterus akan tampak menurun karena janin masuk ke pintu atas panggul.
- Ibu hamil mengeluh backache karena tertekannya sakroiliaka yang berhubungan dengan tulang pelvis.
- Nyeri akan lebih kuat, frekuensi sering, uterus berkontraksi.
- Perut akan kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
- Mukosa vagina banyak yang keluar kecoklatan dan bercampur darah serta lendir.
- Servik lebih lunak untuk jalan lahir membran dan dapat ruptur spontan.
D. Tanda-tanda inpartu
- Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
- Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1. Passage ; panggul
Tulang panggul terdiri dari sepasang tulang innominata (ilium,iskium,pubis), sakrum dan koksigis. Bidang panggul : pap,bidang tengah panggul dan pintu bawah panggul.
2. Passenger ; fetus
a. Berat janin, tapsiran berat janin TFU(cm)-12 x 155
b. Letak, presentasi, posisi
Letak yaitu hubungan sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin,dimana janinnya bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pap; kepala, bokong, bahu, muka. Posisi yaitu hubungan presentasi dengan kanan kiri ibu.
c. Station yaitu turunnya bagian terendah janin di pap
d. Sinclitismus dan asynclitismus (persentasi janin dalam persalinan)
e. Moulage
3. Power ; kontraksi uterus
a. Teori mulainya persalinan
b. Kontraksi uterus, karakteristik,durasi, intensitas, frekuensi
c. Perubahan uterus selama persalinan,perkembangan semen,pembukaan dan penipisan serviks.
4. Psikologi
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
F. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan proses adaptasi bagian kepala janin terhadap segmen panggul, proses adaptasi tersebut meliputi :
1. Engagement
Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas panggul dimana ubub-ubun kecil terletak di sebelah kiri depan/di sebelah kanan depan, kiri dan kanan berdasarkan ukuran seseorang dari PAP bila digambarkan sebagai berikut :
a. Ukuran pintu atas panggul 10-11 cm
b. Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm
c. Ukuran seorang pintu atas panggul 11- 12
2. Descent (turunnya kepala)
Penurunan kepala ini terjadi karena 4 hal, yaitu :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala → kepala mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
4. Putaran paksi dalam
a. Bagian terendah memutar ke depan ke bawah simpisis
b. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
c. Terjadinya bersamaan dengan majunya kepala
d. Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul
5. Ekstensi
a. Defleksi kepala → SBR mengarah kedepan dan atas
b. Dua kekuatan pada kepala :
- Mendesak ke bawah
- Tahanan dasar panggul menolak ke atas
c. Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis sebagai hipomoclion → lahir lewat perineum = oksiput, muka, dan dagu
6. Putaran paksi lahir
a. Setelah kepala lahir → kepala memutar kembali ke arah punggung anak
b. Ukuran bahu → muka, bahu
7. Ekspulsi
Bahu depan di bawah simpisis →sebagai hipomoclion → lahir bahu belakang → bahu depan → badan.
G. Adaptasi fisiologis persalinan
1. Adaptasi janin :
• Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-rata pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai 160 denyut / menit.Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-rata 160 denyut / menit.
• Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,diantaranya adalah posisi ibu,kontraksi uterus,tekanan darah dan aliran darah tali pusat,kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini,biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.
• Pernafasan dan gerakan janin
Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri meningkat,gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah.
2. Adaptasi ibu :
• Perubahan kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan,pada setiap kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke sistem vaskuler ibu,hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan,untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah,ada beberpa faktor yang mengubah tekanan darah ibu.Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan kembali ke pembuluh darah perifer,timbul tahana perifer,tekanan darah meningkat dan frekwensi denyut nadi menurun.Pada persalinan tahap pertama,kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg sedangkan pada tahap kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg.
• Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan,pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat.
• Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen,apabila terisi,kandung kemih akan teraba diatas simpisis pubis.Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi,perasaan tidak nyaman dan rasa malu.
• Perubahan integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah introitus vagina,meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.
• Perubahan muskuloskeletal
Sistem ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm,proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
• Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan,perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan pertama dan masuk ke tahap berikutnya.
• Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna ,bibir dan mulut menjadi kering akibat bernafas lewat mulut ,dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap persalinan.selama persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat,seringkali ada rasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna,mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
• Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan,awal persalinan dapat diakibatkan penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan oksitosin,metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.
H. Proses persalinan
Pada persalinan normal, persalinan dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I ; kala pembukaan serviks.
Proses pembukaan adalah sejak persalinan sampai pada pembukaan serviks lengkap pada primigravida 7-8 jam, terdiri dari 2 fase, yaitu :
a. Fase laten ; berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His masih lemah, dengan frekuensi his jarang.
b. Fase aktif ;
- Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.
- Fase dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih dari 9 cm sampai pembukaan lengkap. His tipa 3-4 menit selama 45 detik. Pada multigravida proses ini akan berlangsung lebih cepat.
- Fase deselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek.
2. Kala II ; kala pengeluaran
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira sau setengah jam dan pada multi gravida setengah jam. Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut :
- Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
- Adanya muntah
- Aliran darah ( show ) meningkat
- Ekstremitas bergetar
- Semakin gelisah
- Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap. Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.
3. Kala III ; kala uri (kala pengeluaran plasenta)
Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang aman.
4. Kala IV ; pengawasan hingga satu jam setelah plasenta lahir
Kala ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan baik tidaknya kontraksi uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah uri lahir. Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang keluar.
Asuhan Keperawatan Intranatal
Kala I
A. Pengkajian
1. Kaji benarnya inpartu
2. Kaji berapa jauh kemajuannya
3. Kaji keadaan ketuban
4. Kaji komplikasi atau resti
5. Kaji respon psikologis
6. Kaji kemajuan persalinan → partogram
a. Pembukaan
b. Penurunan persentasi
c. Moulage
7. Kaji kontraksi
8. Kaji posisi ibu :
a. Awal kala I ; jalan-jalan
b. Pembukaan 6-7 cm ; tidur miring ke kiri setengah duduk
9. Kaji makan dan minum
a. Akhir kala I dibatasi
b. Dianjurkan Bak 2-3 jam sekali
10. Kaji lingkungan tenang dan nyaman
11. Kaji penjelasan sikap empati dan hangat
B. Diagnosa keperawatan
1. Kesulitan penyesuaian diri sehubungan dengan hospitalisasi, belum mengenal lingkungan rumah sakit.
2. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan pembatasan intake cairan.
3. Cemas sehubungan dengan masih asing dengan proses persalinan.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan hiperpentilasi.
5. Perubahan dalam nutrisi sehubungan dengan persalinan yang berlangsung lama.
6. Mekanisme koping kurang efektif sehubungan dengan kelelahan, kurang tidur, dan sesuatu yang tidak diharapkan.
7. Perubahan eliminasi sehubungan dengan bedrest.
C. Intervensi
1. Fetal distress
a. Merubah posisi ibu
b. Meningkatkan kaki → mengurangi hipotensi
c. Menghentikan rangsangan O2
d. Memberikan O2
2. Meningkatkan kenyaman
a. Membantu partisipasi ibu
b. Temukan tujuan ibu
c. Membantu management energy
d. Mengatasi ketidaknyamanan ibu ; ambulasi, posisi, massage, pernapasan, dan relaksasi
3. Suasana dan lingkungan kamar
4. Support, empati
5. Penerangan hal-hal yang mungkin terjadi kepada keluarga
6. Monitor :
a. Letak jantung janin
b. Pengeluaran cairan
c. Pembukaan → kala II
D. Implementasi
1. Mengajarkan pasien/ibu posisi-posisi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Memberi selang O2 bila perlu
3. Memberi informasi yang cukup tentang kondisi yang akan dialami ibu
4. Mengajarkan teknik mengejan yang benar dan tepat waktu
5. Memberikan massage untuk kenyamanan dan mengurangi rasa sakit
6. Mengajarkan teknik pernafasan untuk mengurangi kontraksi
7. Lakukan pemeriksaan djj, pengeluaran cairan, dan pembukaan
E. Evaluasi
1. Ibu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit
2. Kebutuhan cairan pasien tercukupi
3. Cemas ringan/berkurang
4. Kebutuhan oksigen pasien tercukupi
5. Pasien dapat mengejan dengan benar dan tepat waktu
6. Koping individu efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan
7. Rasa nyeri berkurang
Kala II
A. Pengkajian
1. Melanjutkan monitor
a. Detak jantung janin
b. His (respon janin)
c. Pendarahan
d. Air ketuban
2. Tanda dan gejala fisik serta perilaku
3. Meneran dengan benar atau tidak
4. Mekanisme penyesuaian
5. Support person
B. Diagnosa
1. Tidak mampu mengikuti pimpinan persalinan sampai dengan kelelahan , panic, dan amnesia
2. Perubahan konsep diri sehubungan dengan merasa tidak mampu meneran dengan kuat
3. Resiko perlukaan sehubungan dengan posisi ibu yang tidak tepat
4. Perubahan konsep diri pada suami sehubungan dengan tidak mampu mensupport istri
C. Intervensi
1. Cara mengejan dan posisi
2. Dorongan psikososial
3. Persiapan pertolongan persalinan
4. Asepsis dan anti asepsis
5. Faktor psikososial
6. Pertolongan persalinan
D. Implementasi
1. Ajarkan teknik mengejan yang benar
2. Meminta pasien mempraktekkan teknik mengejan yang telah diajarkan
3. Memberikan support dan dukungan agar ibu mampu mengejan dengan baik
4. Memberikan pengarahan dan support pada suami untuk selalu mendampingi pasien
5. Mempersiapkan kebutuhan persalinan
E. Evaluasi
1. Pasien mengatakan mau mengikuti saran dan arahan perawat
2. Klien dapat mengejan dengan baik dan benar
3. Pasien sudah mengerti posisi-posisi yang tepat untuk menghilangkan rasa sakit dan resiko perlukaan
4. Suami dapat selalu mendampingi dan memberikan support pada ibu
Kala III
A. Pengkajian
1. Timbul kontraksi uterus
2. Uterus tampak membundar
3. Terlihat massa introitus
4. Tali pusat lebih menjulur
5. Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b. Pengkajian jalan lahir
c. Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia
d. Pemberian utero tonika (k/p)
B. Diagnosa
1. Kurang efektifitas mengatasi masalah sehubungan dengan kurang informasi tentang kejadian kala III
2. Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan kontraksi uterus yang kurang adekuat
3. Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan kandungh kemih panuh
4. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan luka episiotomy
C. Intervensi
1. Observasi perdarahan, shock, dan tanda vital
2. Observasi bayi dan identifikasi
3. Kaji TFU
4. Identifikasi pengeluaran plasenta
5. Upayakan kontak ibu dan bayi
D. Implementasi
1. Lakukan pencegahan terhadap pendarahan, shock dan lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Lakukan pengkajian TFU untuk mengetahui persentasi dan posisi janin
3. Catat waktu lahir plasenta
4. Tempelkan bayi pada daerah dada ibu setelah bayi sudah keluar
E. Evaluasi
1. Pasien sudah mengerti informasi yang diberikan tentang kala III
2. Perdarahan bisa diatasi dengan baik
3. Rasa nyeri dan sakit berkurang
4. Kontak ibu dan bayi dapat terjalin
Kala IV
A. Pengkajian
1. Kaji status fisiologis ibu
2. Kaji posisi dan tonus uteri
3. Kaji adanya perdarahan pervaginam
4. Kaji kondisi perineum
B. Diagnosa
1. Resiko tinggi injuri sehubungan dengan tonus uteri yang buruk dan perdarahan
2. Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan haluaran/ anestesi regional
3. Deficit volume cairan dan eliminasi sehubungan denagn kurangnya intake oral, atonia, uteri, laserasi
4. Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5. Fatigue sehubungan dengan proses persalinan
C. Intervensi
1. Cegah perdarahan
2. Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4. Mencegah penekanan kandung kemih
5. Membantu ibu mengenal pengalamannya
6. Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7. Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8. Pastikan tidak ada sisa plasenta
9. Luka epis tidak ada hemotom
D. Implementasi
1. Kaji kelainan pada saat proses persalinan atau pada perlukaan
2. Beri cairan infuse untuk mencegah dehidrasi
3. Memberikan dukungan dan support pada ibu
4. Pastikan pasien mendapatkan istirahat yang cukup
E. Evaluasi
1. Perdarahan dapat dicegah dan luka dapat teratasi
2. Pasien dapar BAK dan BAB dengan baik
3. Kebutuhan cairan ibu terpenuhi
4. Kondisi ibu dan bayi baik
sumber : temenkampus.com

Kelompok tani ngudi makmur

Selamat datang di wabsait resmi Kelompok tani ngudi makmur Assalamungalaikum wr.wb. Kelompok tani ngudimakmur